Sunday, December 20, 2015

E-MEGAZINE LINGKAR BK

Terimakasih nih bagi temana-teman yang mengikuti perkembangan E Megazine kami. dan sekarang saya akan membagikan flipping Book untuk majalah kami ini.



untuk melihat majalah kami kunjungi link di bawah ini:

http://www.yumpu.com/en/document/view/54908913/e-megazine-lingkar-bk-ti-bk-epb

Saturday, December 19, 2015

TESTIMONI



BAGAIMANA PENDAPAT ANDA MENGENAI BLOG LINGKAR BK ??? 
Gue baru tau ternyata ini perbedaan BK, psikolog dan psikiater... dan masa untuk menjadi psikiater cukup lama ya...

Blog ini membantu sekali ya, gue jadi tau mengenai BK dan mendapat pengetahuan untuk diterapkan ke dalam kehidupan sehari-hari untuk adek saya yang dirumah..

Bagus bgt nih, interesting, mendidik :D

Keren deh ulasan dan blognya! Saya suka sekali inside out. Untuk yang belajar psikologi terkait emosi dapat dengan mudah belajar disini, jika dapat memaknai film ini dengan baik, dan tidak hanya melihatnya sebagai hiburan semata. Nice job admins!

Blognya terlalu rame gambar. terlalu banyak warna. bikin blog biasa2 saja. trus mudah dibaca dan menarik... terima kasih

Keren nih blognya! Ohiya review film "Elegant Lies" dong, itu juga bagus untuk remaja.

Menarik dan atraktif



BK bukan hanya di Sekolah



Apakah kalian tau?

Lulusan BK bukan hanya bekerja di sekolah atau mengajar di kelas
mungkin sebagian besar lulusan BK berada di dalam dunia pendidikan terutama jenjang SMP/Mts dan SMA/SMK/MA, namun ada juga beberapa lembaga pendidikan terutama swasta yang membutuhkan tenaga konseling untuk TK, PAUD dan SD.

Selain itu dibutuhkan dosen BK di Indonesia. Hal ini disebabkan banyak dosen BK yang ternyata tidak berlatar belakang BKagar universitas tersebut memperoleh akreditas yang baik dan banyak dosen BK yang sudah menjelang masa pension. Sehingga peluang menjadi dosen BK sangat terbuka lebar.

Sementara jenjang karier lulusan BK pada umunya menjadi pegawai negeri sipil. Seorang lulusan BK dapat memulai karier dari menjadi Guru BK, Koordinator Guru BK, Wakil Kepala Sekolah, Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah bidang bimbingan dan konseling, Kepala Dinas Pendidikan Kota/Provinsi. Tidak sedikit pula lulusan BK yang berkarier sebagai kepala sekolah atau pengawas sekolah. Ada pula lulusan BK yang menjadi Rektor Perguruan Tinggi seperti Bpk Prof. Dr, Sunaryo Kartadinata yang merupakan Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), dan Dekan Fak. Ilmu Pendidikan UPI Prof. Dr. Ahman yang juga merupakan lulusan BK. Selain itu tidak sedikit lulusan BK yang mempunyai posisi penting di institusi sekolah maupun perguruan tinggi.

Bagi yang ingin berwirausaha dapat mendirikan Lembaga Konseling, Jasa Layanan Tes Psikologi, ataupun Lembaga Konsultasi Pendidikan. Kebutuhan terhadap layanan Konseling ini semakin besar terutama di kota-kota besar dimana masyarakatnya semakin terbuka, dan memiliki tingkat stress yang tinggi, Dewasa ini kebutuhan akan konseling anak dan konseling pendidikan, luar biasa banyaknya. Akan tetapi sedikitnya lulusan BK yang mau mengisi peluang ini, menjadikan konseling anak lebih dikuasai oleh psikolog anak sementara konseling pendidikan/karier lebih diisi oleh praktisi-praktisi yang bahkan tidak punya latar belakang psikologi/pendidikan/konseling melainkan belajar dari pengalaman. Lembaga Konseling yang sudah ada yaitu Multikarya Konseling dapat diakses dihttp://www.multikaryakons.com/

Selain di bidang pendidikan lulusan BK biasanya jadi apa sih?

Bidang lain yang dapat diisi oleh lulusan BK adalah HRD/Pengembangan SDM di instansi/dunia usaha dan industri, bank; Tenaga Konselor di Pusat Rehabilitasi, Lembaga Pemasyarakatan, Perkumpulan Keluarga berencana Indonesia (PKBI); Konsultan pengembangan SDM; Motivator; Badan Penasehat Pembinaan Pelestarian Perkawinan (BP4) Kementerian Agama; Konselor dan Konsultan Pendidikan di Lembaga-Lembaga Bimbingan Belajar (LBB).

http://chairulanwar981.blogspot.co.id/2013/12/bimbingan-konseling-profesi-dan-prospek.html

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/195608101981011-D._NUNU_HERYANTO/konsep_dasar,_prinsip,_asas,_fungsi,_tujuan_BPPLS.PDF




Kekerasan Seksual



Apa itu kekerasan seksual?
STOP kekerasan seksual
Lindungi Wanita Dari Pelecehan seksual
Di zaman yang sudah modern ini walaupun para wanita, sudah meminta untuk mempunyai kesamaan derajat dengan laki-laki. Tetapi tetap saja hak itu banyak belum didapatkan oleh wanita sehiggga banyak terjadi kekerasan seksual kepada wanita. Mungkin kalian sudah penah mendengar mengenai kekerasan seksual. Biasanya kekerasan seksual dilakukan oleh oraag terdekat dan biasanya hal itu mungkin masih banyak terjadi di lingkungan keluarga. Karena banyak kaum laki-laki dalam keluarga tidak dapat mengungkapkan emosi yang ia punya kepada orang yang di cintainya sehingga terjadi kejaian kekerasan dalam rumah tangga dan mngkin kekerasan seksual tehadap istri di dalam sebuah keluarga. Kekerasan seksual adalah kekerasan yang terjadi karena persoalan seksualitas. Ibarat awan dan hujan, demikianlah hubungan antar seks dan kekerasan. Di mana terdapat seks maka kekerasan hampir selalu dilahirkan. Termasuk dalam kekerasan seksual adalah perkosaan, pelecehan seksual (penghinaan dan perendahan terhadap lawan jenis), penjualan anak perempuan untuk prostitusi, dan kekerasan oleh pasangan.
Berikut tipe kekerasan oleh pasangan dan contoh perilaku kekerasan
Kekerasan fisik : Menampar, memukul, menendang, mendorong, mencambuk, dll.
Kekerasan emosional/ verbal : Mengkritik, membuat pasangan merasa bersalah, membuat permainan pikiran, memaki, menghina, dll.
Ketergantungan finansial : Mencegah pasangan untuk mendapat pekerjaan, membuat pasangan dipecat, membuat pasangan meminta uang, dll
Isolasi sosial : Mengontrol pasangan dengan siapa boleh bertemu dan di mana bisa bertemu, membatasi gerak pasangan dalam pergaulan, dll
Kekerasan seksual : Memaksa seks, berselingkuh, sadomasokisme, dll.
Pengabaian/penolakan : Mengatakan kekerasan tidak pernah terjadi, menyalahkan pasangan bila kekerasan terjadi, dll.
Koersi, ancaman, intimidasi : Membuat pasangan khawatir, memecahkan benda-benda, mengancam akan meninggalkan, dll
Sumber :
http://www.psikoterapis.com/?en_kekerasan-seksual,210

Thursday, December 10, 2015

Perbedaan Konselor, Psikiater dan Psikolog



Apa kalian tau nih perbedaan konselor, psikiater dan psikolog?
Kalian penasarankan…

Sebelum kita melihat perbedaannya sebelumnya psikolog, psikiater dan konselor mempunyai kesamaan yaitu ketiganya dapat memberikan konsultasi atau bimbingan untuk masalah tertentu.
Psikiater adalah dokter yang sudah mengambil spesialis kedokteran jiwa. Gelar mereka biasanya ditulis dr. Nama, SpKJ. (Spesialis Kedokteran Jiwa). Setelah lulus sarjana kedokteran (dokter Umum) seseorang yang hendak menjadi psikiater harus mengambil keahlian bidang psikiatri sekitar lima tahun. Baru layak menyandang gelar spesialisasi Psikiater. Psikiater bertugas memberikan konsultasi seputar kesehatan jiwa. Sebab mereka dilengkapi dengan berbagaii kemampuan baik konseling dan psikoterapi. Mereka belajar keahlian ini (dihitung dari S1) selama sepuluh tahun, bahkan bisa lebih. Disamping itu psikiater berhak memberikan (resep) obat kepada pasien atau klien. Psikolog dan konselor sama sekali tidak berhak mengeluarkan resep.
Psikolog adalah gelar profesi yang diberikan kepada seseorang yang sudah lulus sarjana Psikologi. Biasanya setelah lulus S1 Psikologi perlu waktu satu setengah tahun hingga dua tahun menyelesaikan gelar profesi Psikolog. Gelar mereka adalah Nama, M.Psi, Psikolog. Namun setelah tahun setelah tahun 1992, lulusan S1 yang studi selama 4-5 tahun ( Sarjana Psikologi) melanjutkan ke S2 Program profesi dan baru disebut dengan Psikolog. Lamanya sekitar 2 tahun. Seorang psikolog ada yang bekerja atau praktek sebagai psikologi klinis di rumah sakit. Selain itu ada psikolog dengan spesialisasi psikologi industri dan organisasi. Psikolog industri dan organisasi biasanya bekerja di bagian Human Resources and Development (HRD). Psikolog biasanya menggunakan pendekatan sosial dari permasalahan kejiwaan. Mereka mempelajari aspek sosial dari individu tersebut, seperti keluarga, norma masyarakat dan agama. Dalam menentukan diagnosa dan penyebab, mereka akan melakukan wawancara dengan klien dan keluarganya. Psikolog menggunakan pendekatan konseling intervensi, terapi tertentu hingga alat tes. Untuk membantu diagnosa, psikolog terkadang menggunakan bantuan tes-tes psikologi. Fungsinya untuk membantu psikolog dalam menentukan diagnosa. Untuk menyembuhkan atau menghilangkan permasalahan kejiwaan, psikolog menggunakan terapi konseling dan intervensi. Jenis tes itu antara lain tes IQ, minat, bakat, karir, tes kepribadian, dll.
Konselor menyelesaikan studi di jurusan bimbingan Konseling. Sudah ada program sertifikasi BK dengan lembaga bernama ABKIN, Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia. Umumnya mereka bekerja sebagai konselor di sekolah, TK hingga SMU. Banyak sekolah yang baik menyediakan guru BK bagi siswanya. Konselor memangil nama orang yang mendatanginya konseli dan konselor biasanya di tempatkan di sekolah atau yayasan konseling.. Psikolog atau psikiater biasanya lebih bersifat umum,  Kerja Sama dan Rujukan Baik psikiater maupun psikolog memiliki hubungan yang erat. Karena masalah kejiwaan manusia tidak disebabkan oleh satu faktor saja tapi multi faktor yang saling mempengaruhi. Itu sebabnya berkolaborasi agar permasalahan klien bisa diselesaikan secara menyeluruh.


http://www.kompasiana.com/juliantosimanjuntak/beda-psikiater-psikolog-dan-konselor_550dd4c6a33311bd2dba7d55

Tuesday, December 8, 2015

Pola Asuh Orangtua



JENIS-JENIS POLA ASUH ORANGTUA

Dalam mengasuh anak, orangtua cenderung menggunakan pola asuh tertentu. Menurut Dr. Baumrind, terdapat 3 macam pola asuh orangtua yaitu demokratis, otoriter dan permisif.

1.       Pola Asuh Otoriter (parent oriented)

Cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman misalnya, kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak bicara. Orangtua tipe ini cenderung memaksa, memerintah dan menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orangtua, maka orangtua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orangtua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam berkomunikasi biasanya bersifat satu arah. (Ira Petranto, 2005). Misalnya, sang anak harus menutup pintu kamar mandi ketika mandi tanpa penjelasan, anak laki-laki tidak boleh bermain dengan anak perempuan, melarang anak bertanya kenapa dia lahir, anak dilarang bertanya tentang lawan jenisnya. Dalam hal ini tidak mengenal kompromi. Anak suka atau tidak suka, mau atau tidak mau harus memenuhi target yang ditetapkan orangtua. Anak adalah obyek yang harus dibentuk orang tua yang merasa lebih tahu mana yang terbaik untuk anak-anaknya. (Debri, 2008).

2.       Pola Asuh Permisif (children centered)

Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur/memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka, sehingga seringkali disukai oleh anak. (Ira Petranto, 2005). Misalnya anak yang masuk kamar orangtua tanpa mengetuk pintu dibiarkan, telanjang dari kamar mandi dibiarkan begitu saja tanpa ditegur, membiarkan anak melihat gambar yang tidak layak untuk anak kecil, dengan pertimbangan anak masih kecil. Sebenarnya, orangtua yang menerapkan pola asuh seperti ini hanya tidak ingin konflik dengan anaknya. (Debri, 2008).

3.       Pola Asuh Demokratis

Memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu dalam mengendalikan mereka. Orangtua dengan perilaku ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orangtua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orangtua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan dan pendekatannya kepada anak, bersifat hangat. (Ira Petranto, 2005). Misalnya, ketika orangtua menetapkan untuk menutup pintu kamar mandi ketika sedang mandi dengan diberi penjelasan, mengetuk pintu ketika masuk kamar orangtua, memberikan penjelasan perbedaan laki-laki dan perempuan, berdiskusi tentang hal yang tidak boleh dilakukan anak misalnya tidak boleh keluar dari kamar mandi dengan telanjang, sehingga orangtua yang demokratis akan berkompromi dengan anak. (Debri, 2008).

Ira Petranto.(2005). Pola Asuh Anak. http://www.polaasuhanak.com. (Asscesed, 8th April, 12.15 pm)
Elizabeth B. Hurlock.(1999). Perkembangan Anak. Jilid 2. Jakarta: Erlangga.


Guru BK= Polisi Sekolah




Guru BK = Polisi Sekolah?

Oleh: Elsya Pratiwi

Guru BK = Polisi Sekolah?
Oleh: Elsya Pratiwi

Apa sih bimbingan konseling itu?
Apa saja sih tugas Guru BK di sekolah?
Benarkah guru BK itu polisi sekolah?

Dewasa ini, dengan bertambah majunya peradaban dan teknologi, menjadikan dunia pendidikan semakin mudah untuk menemukan eksistensinya. Banyak sekali manfaat yang dapat diambil bagi segala aspek pendidikan. Namun demikian, banyak juga konsekuensi yang harus dicarikan solusinya.
Di sekolah, tentu bisa ditemui banyak sekali masalah terjadi, baik dari segi sistem pendidikan, guru, maupun siswa. Masalah siswa masih menjadi sorotan utama di dunia pendidikan. Siswa yang merupakan usia anak-anak dan remaja akan melewati banyak fase kehidupannya di sekolah, dan banyak sekali fase rentan di dalamnya. Jika di rumah, orangtualah yang berperan menjadi pendamping anak dalam melakukan berbagai hal termasuk ketika menghadapi masalah. Bagaimana jika di sekolah? Siapakah yang membantu siswa? Jawabannya tentu guru. Walikelas biasanya berperan sebagai orangtua kedua bagi anak. Namun selain walikelas, ada guru yang secara spesifik diberi tugas untuk mendampingi siswa. Siapakah dia? Tentu guru bimbingan dan konseling (BK).
            Bimbingan dan Konseling merupakan terjemahan dari istilah Guidance & Counseling dalam bahasa Inggris. Sesuai dengan istilahnya, maka bimbingan dapat diartikan secara umum sebagai suatu bantuan. Bentuk bantuan dalam arti “bimbingan“ membutuhkan syarat, bentuk,dan  prosedur tertentu serta pelaksanaan tertentu sesuai dengan dasar, prinsip dan tujuannya.

            Bimbingan dan Konseling merupakan proses bantuan psikologis dan kemanusiaan secara ilmiah dan professional yang diberikan oleh pembimbing kepada yang dibimbing (peserta didik) agar ia dapat berkembang secara optimal, yaitu mampu memahami, mengarahkan, dan mengaktualisasikan diri sesuai tahap perkembangan, sifat-sifat, potensi yang dimiliki dan latar belakang kehidupan serta lingkungannya sehingga tercapai kebahagiaan dalam kehidupan.
Fakta di lapangan, keberadaan Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah identik dengan masalah yang dihadapi siswa. Banyak siswa yang dianggap bermasalah diarahkan ke guru BK atau biasa disebut konselor untuk ditangani. Hal ini tidaklah salah, namun juga tidak terlalu tepat. Ada kecenderungan guru BK ibarat polisi sekolah yang tugasnya menghukumi siswa bermasalah. Bahkan, siswa merasa tak nyaman berhubungan dengan guru BK, karena malu dan takut dianggap bermasalah oleh siswa-siswi lainnya. Seperti itukah wajah BK di sekolah?
            Kenyataan tak dipungkiri apabila siswa kerapkali menjumpai masalah dalam kehidupannya. Masalah itu dapat berupa masalah pribadi, sosial, karir, pendidikan, dan lain sebagainya. Pada titik ini, ada siswa yang bisa mengatasi masalahnya tanpa intervensi pihak lain. Di sisi lain, ada siswa yang membutuhkan intervensi pihak lain untuk menyelesaikan masalahnya.

Selama ini, peran dan citra seorang guru BK di mata murid dan masyarakat cenderung negatif. Guru BK seolah-olah hanya sebagai satpam dan polisi sekolah, dimana guru BK identik dengan tugas memarahi dan menasihati anak bermasalah. seperti berdiri di depan pintu gerbang menunggu siswa yang terlambat, menghakimi siswa yang berkelahi, bahkan guru BK memegang POIN pelanggaran sekolah. Dengan berbagai anggapan tersebut, maka jarang sekali siswa-siswi yang mau menemui guru BK di ruangannya, karena mereka takut dan banyak yang beranggapan setiap siswa yang datang ke ruang BK adalah siswa yang memiliki masalah.


Faktor lain adalah fungsi dan peran guru BK belum dipahami secara tepat, baik oleh pejabat sekolah maupun guru BK sendiri. Di banyak sekolah, ada guru BK yang bukan berlatar belakang pendidikan BK. Mungkin guru tersebut memang mampu menangani siswa, yang biasanya dikaitkan hanya pada kenakalan siswa semata. Namun, seorang guru BK perlu memahami prinsip-prinsip pelaksanaan BK, terutama prinsip yang berkenaan dengan masalah individu siswa. Ada pula guru BK yang berfungsi ganda dengan memerankan beragam jabatan misalnya, disamping sebagai guru BK dia juga menjabat wali kelas dan atau guru piket harian. Akibatnya, dia terlibat dalam penegakan tata tertib sekolah, pemberian hukuman, dan atau tindakan razia yang merupakan tindakan yang dibenci oleh siswa. Fenomena lain yang terlihat adalah sekolah tidak menyediakan fasilitas ruang konseling yang memadai. Ruang konseling dianggap sama dengan ruang kerja guru BK sehingga terwujud apa adanya. Padahal ruang konseling itu memiliki desain interior tersendiri dan tata letak furnitur yang diatur sesuai dengan orientasi teori konseling dan terapi yang diterapkan seorang konselor terhadap konselinya.