Sunday, December 20, 2015

E-MEGAZINE LINGKAR BK

Terimakasih nih bagi temana-teman yang mengikuti perkembangan E Megazine kami. dan sekarang saya akan membagikan flipping Book untuk majalah kami ini.



untuk melihat majalah kami kunjungi link di bawah ini:

http://www.yumpu.com/en/document/view/54908913/e-megazine-lingkar-bk-ti-bk-epb

Saturday, December 19, 2015

TESTIMONI



BAGAIMANA PENDAPAT ANDA MENGENAI BLOG LINGKAR BK ??? 
Gue baru tau ternyata ini perbedaan BK, psikolog dan psikiater... dan masa untuk menjadi psikiater cukup lama ya...

Blog ini membantu sekali ya, gue jadi tau mengenai BK dan mendapat pengetahuan untuk diterapkan ke dalam kehidupan sehari-hari untuk adek saya yang dirumah..

Bagus bgt nih, interesting, mendidik :D

Keren deh ulasan dan blognya! Saya suka sekali inside out. Untuk yang belajar psikologi terkait emosi dapat dengan mudah belajar disini, jika dapat memaknai film ini dengan baik, dan tidak hanya melihatnya sebagai hiburan semata. Nice job admins!

Blognya terlalu rame gambar. terlalu banyak warna. bikin blog biasa2 saja. trus mudah dibaca dan menarik... terima kasih

Keren nih blognya! Ohiya review film "Elegant Lies" dong, itu juga bagus untuk remaja.

Menarik dan atraktif



BK bukan hanya di Sekolah



Apakah kalian tau?

Lulusan BK bukan hanya bekerja di sekolah atau mengajar di kelas
mungkin sebagian besar lulusan BK berada di dalam dunia pendidikan terutama jenjang SMP/Mts dan SMA/SMK/MA, namun ada juga beberapa lembaga pendidikan terutama swasta yang membutuhkan tenaga konseling untuk TK, PAUD dan SD.

Selain itu dibutuhkan dosen BK di Indonesia. Hal ini disebabkan banyak dosen BK yang ternyata tidak berlatar belakang BKagar universitas tersebut memperoleh akreditas yang baik dan banyak dosen BK yang sudah menjelang masa pension. Sehingga peluang menjadi dosen BK sangat terbuka lebar.

Sementara jenjang karier lulusan BK pada umunya menjadi pegawai negeri sipil. Seorang lulusan BK dapat memulai karier dari menjadi Guru BK, Koordinator Guru BK, Wakil Kepala Sekolah, Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah bidang bimbingan dan konseling, Kepala Dinas Pendidikan Kota/Provinsi. Tidak sedikit pula lulusan BK yang berkarier sebagai kepala sekolah atau pengawas sekolah. Ada pula lulusan BK yang menjadi Rektor Perguruan Tinggi seperti Bpk Prof. Dr, Sunaryo Kartadinata yang merupakan Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), dan Dekan Fak. Ilmu Pendidikan UPI Prof. Dr. Ahman yang juga merupakan lulusan BK. Selain itu tidak sedikit lulusan BK yang mempunyai posisi penting di institusi sekolah maupun perguruan tinggi.

Bagi yang ingin berwirausaha dapat mendirikan Lembaga Konseling, Jasa Layanan Tes Psikologi, ataupun Lembaga Konsultasi Pendidikan. Kebutuhan terhadap layanan Konseling ini semakin besar terutama di kota-kota besar dimana masyarakatnya semakin terbuka, dan memiliki tingkat stress yang tinggi, Dewasa ini kebutuhan akan konseling anak dan konseling pendidikan, luar biasa banyaknya. Akan tetapi sedikitnya lulusan BK yang mau mengisi peluang ini, menjadikan konseling anak lebih dikuasai oleh psikolog anak sementara konseling pendidikan/karier lebih diisi oleh praktisi-praktisi yang bahkan tidak punya latar belakang psikologi/pendidikan/konseling melainkan belajar dari pengalaman. Lembaga Konseling yang sudah ada yaitu Multikarya Konseling dapat diakses dihttp://www.multikaryakons.com/

Selain di bidang pendidikan lulusan BK biasanya jadi apa sih?

Bidang lain yang dapat diisi oleh lulusan BK adalah HRD/Pengembangan SDM di instansi/dunia usaha dan industri, bank; Tenaga Konselor di Pusat Rehabilitasi, Lembaga Pemasyarakatan, Perkumpulan Keluarga berencana Indonesia (PKBI); Konsultan pengembangan SDM; Motivator; Badan Penasehat Pembinaan Pelestarian Perkawinan (BP4) Kementerian Agama; Konselor dan Konsultan Pendidikan di Lembaga-Lembaga Bimbingan Belajar (LBB).

http://chairulanwar981.blogspot.co.id/2013/12/bimbingan-konseling-profesi-dan-prospek.html

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/195608101981011-D._NUNU_HERYANTO/konsep_dasar,_prinsip,_asas,_fungsi,_tujuan_BPPLS.PDF




Kekerasan Seksual



Apa itu kekerasan seksual?
STOP kekerasan seksual
Lindungi Wanita Dari Pelecehan seksual
Di zaman yang sudah modern ini walaupun para wanita, sudah meminta untuk mempunyai kesamaan derajat dengan laki-laki. Tetapi tetap saja hak itu banyak belum didapatkan oleh wanita sehiggga banyak terjadi kekerasan seksual kepada wanita. Mungkin kalian sudah penah mendengar mengenai kekerasan seksual. Biasanya kekerasan seksual dilakukan oleh oraag terdekat dan biasanya hal itu mungkin masih banyak terjadi di lingkungan keluarga. Karena banyak kaum laki-laki dalam keluarga tidak dapat mengungkapkan emosi yang ia punya kepada orang yang di cintainya sehingga terjadi kejaian kekerasan dalam rumah tangga dan mngkin kekerasan seksual tehadap istri di dalam sebuah keluarga. Kekerasan seksual adalah kekerasan yang terjadi karena persoalan seksualitas. Ibarat awan dan hujan, demikianlah hubungan antar seks dan kekerasan. Di mana terdapat seks maka kekerasan hampir selalu dilahirkan. Termasuk dalam kekerasan seksual adalah perkosaan, pelecehan seksual (penghinaan dan perendahan terhadap lawan jenis), penjualan anak perempuan untuk prostitusi, dan kekerasan oleh pasangan.
Berikut tipe kekerasan oleh pasangan dan contoh perilaku kekerasan
Kekerasan fisik : Menampar, memukul, menendang, mendorong, mencambuk, dll.
Kekerasan emosional/ verbal : Mengkritik, membuat pasangan merasa bersalah, membuat permainan pikiran, memaki, menghina, dll.
Ketergantungan finansial : Mencegah pasangan untuk mendapat pekerjaan, membuat pasangan dipecat, membuat pasangan meminta uang, dll
Isolasi sosial : Mengontrol pasangan dengan siapa boleh bertemu dan di mana bisa bertemu, membatasi gerak pasangan dalam pergaulan, dll
Kekerasan seksual : Memaksa seks, berselingkuh, sadomasokisme, dll.
Pengabaian/penolakan : Mengatakan kekerasan tidak pernah terjadi, menyalahkan pasangan bila kekerasan terjadi, dll.
Koersi, ancaman, intimidasi : Membuat pasangan khawatir, memecahkan benda-benda, mengancam akan meninggalkan, dll
Sumber :
http://www.psikoterapis.com/?en_kekerasan-seksual,210

Thursday, December 10, 2015

Perbedaan Konselor, Psikiater dan Psikolog



Apa kalian tau nih perbedaan konselor, psikiater dan psikolog?
Kalian penasarankan…

Sebelum kita melihat perbedaannya sebelumnya psikolog, psikiater dan konselor mempunyai kesamaan yaitu ketiganya dapat memberikan konsultasi atau bimbingan untuk masalah tertentu.
Psikiater adalah dokter yang sudah mengambil spesialis kedokteran jiwa. Gelar mereka biasanya ditulis dr. Nama, SpKJ. (Spesialis Kedokteran Jiwa). Setelah lulus sarjana kedokteran (dokter Umum) seseorang yang hendak menjadi psikiater harus mengambil keahlian bidang psikiatri sekitar lima tahun. Baru layak menyandang gelar spesialisasi Psikiater. Psikiater bertugas memberikan konsultasi seputar kesehatan jiwa. Sebab mereka dilengkapi dengan berbagaii kemampuan baik konseling dan psikoterapi. Mereka belajar keahlian ini (dihitung dari S1) selama sepuluh tahun, bahkan bisa lebih. Disamping itu psikiater berhak memberikan (resep) obat kepada pasien atau klien. Psikolog dan konselor sama sekali tidak berhak mengeluarkan resep.
Psikolog adalah gelar profesi yang diberikan kepada seseorang yang sudah lulus sarjana Psikologi. Biasanya setelah lulus S1 Psikologi perlu waktu satu setengah tahun hingga dua tahun menyelesaikan gelar profesi Psikolog. Gelar mereka adalah Nama, M.Psi, Psikolog. Namun setelah tahun setelah tahun 1992, lulusan S1 yang studi selama 4-5 tahun ( Sarjana Psikologi) melanjutkan ke S2 Program profesi dan baru disebut dengan Psikolog. Lamanya sekitar 2 tahun. Seorang psikolog ada yang bekerja atau praktek sebagai psikologi klinis di rumah sakit. Selain itu ada psikolog dengan spesialisasi psikologi industri dan organisasi. Psikolog industri dan organisasi biasanya bekerja di bagian Human Resources and Development (HRD). Psikolog biasanya menggunakan pendekatan sosial dari permasalahan kejiwaan. Mereka mempelajari aspek sosial dari individu tersebut, seperti keluarga, norma masyarakat dan agama. Dalam menentukan diagnosa dan penyebab, mereka akan melakukan wawancara dengan klien dan keluarganya. Psikolog menggunakan pendekatan konseling intervensi, terapi tertentu hingga alat tes. Untuk membantu diagnosa, psikolog terkadang menggunakan bantuan tes-tes psikologi. Fungsinya untuk membantu psikolog dalam menentukan diagnosa. Untuk menyembuhkan atau menghilangkan permasalahan kejiwaan, psikolog menggunakan terapi konseling dan intervensi. Jenis tes itu antara lain tes IQ, minat, bakat, karir, tes kepribadian, dll.
Konselor menyelesaikan studi di jurusan bimbingan Konseling. Sudah ada program sertifikasi BK dengan lembaga bernama ABKIN, Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia. Umumnya mereka bekerja sebagai konselor di sekolah, TK hingga SMU. Banyak sekolah yang baik menyediakan guru BK bagi siswanya. Konselor memangil nama orang yang mendatanginya konseli dan konselor biasanya di tempatkan di sekolah atau yayasan konseling.. Psikolog atau psikiater biasanya lebih bersifat umum,  Kerja Sama dan Rujukan Baik psikiater maupun psikolog memiliki hubungan yang erat. Karena masalah kejiwaan manusia tidak disebabkan oleh satu faktor saja tapi multi faktor yang saling mempengaruhi. Itu sebabnya berkolaborasi agar permasalahan klien bisa diselesaikan secara menyeluruh.


http://www.kompasiana.com/juliantosimanjuntak/beda-psikiater-psikolog-dan-konselor_550dd4c6a33311bd2dba7d55

Tuesday, December 8, 2015

Pola Asuh Orangtua



JENIS-JENIS POLA ASUH ORANGTUA

Dalam mengasuh anak, orangtua cenderung menggunakan pola asuh tertentu. Menurut Dr. Baumrind, terdapat 3 macam pola asuh orangtua yaitu demokratis, otoriter dan permisif.

1.       Pola Asuh Otoriter (parent oriented)

Cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman misalnya, kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak bicara. Orangtua tipe ini cenderung memaksa, memerintah dan menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orangtua, maka orangtua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orangtua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam berkomunikasi biasanya bersifat satu arah. (Ira Petranto, 2005). Misalnya, sang anak harus menutup pintu kamar mandi ketika mandi tanpa penjelasan, anak laki-laki tidak boleh bermain dengan anak perempuan, melarang anak bertanya kenapa dia lahir, anak dilarang bertanya tentang lawan jenisnya. Dalam hal ini tidak mengenal kompromi. Anak suka atau tidak suka, mau atau tidak mau harus memenuhi target yang ditetapkan orangtua. Anak adalah obyek yang harus dibentuk orang tua yang merasa lebih tahu mana yang terbaik untuk anak-anaknya. (Debri, 2008).

2.       Pola Asuh Permisif (children centered)

Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur/memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka, sehingga seringkali disukai oleh anak. (Ira Petranto, 2005). Misalnya anak yang masuk kamar orangtua tanpa mengetuk pintu dibiarkan, telanjang dari kamar mandi dibiarkan begitu saja tanpa ditegur, membiarkan anak melihat gambar yang tidak layak untuk anak kecil, dengan pertimbangan anak masih kecil. Sebenarnya, orangtua yang menerapkan pola asuh seperti ini hanya tidak ingin konflik dengan anaknya. (Debri, 2008).

3.       Pola Asuh Demokratis

Memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu dalam mengendalikan mereka. Orangtua dengan perilaku ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orangtua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orangtua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan dan pendekatannya kepada anak, bersifat hangat. (Ira Petranto, 2005). Misalnya, ketika orangtua menetapkan untuk menutup pintu kamar mandi ketika sedang mandi dengan diberi penjelasan, mengetuk pintu ketika masuk kamar orangtua, memberikan penjelasan perbedaan laki-laki dan perempuan, berdiskusi tentang hal yang tidak boleh dilakukan anak misalnya tidak boleh keluar dari kamar mandi dengan telanjang, sehingga orangtua yang demokratis akan berkompromi dengan anak. (Debri, 2008).

Ira Petranto.(2005). Pola Asuh Anak. http://www.polaasuhanak.com. (Asscesed, 8th April, 12.15 pm)
Elizabeth B. Hurlock.(1999). Perkembangan Anak. Jilid 2. Jakarta: Erlangga.


Guru BK= Polisi Sekolah




Guru BK = Polisi Sekolah?

Oleh: Elsya Pratiwi

Guru BK = Polisi Sekolah?
Oleh: Elsya Pratiwi

Apa sih bimbingan konseling itu?
Apa saja sih tugas Guru BK di sekolah?
Benarkah guru BK itu polisi sekolah?

Dewasa ini, dengan bertambah majunya peradaban dan teknologi, menjadikan dunia pendidikan semakin mudah untuk menemukan eksistensinya. Banyak sekali manfaat yang dapat diambil bagi segala aspek pendidikan. Namun demikian, banyak juga konsekuensi yang harus dicarikan solusinya.
Di sekolah, tentu bisa ditemui banyak sekali masalah terjadi, baik dari segi sistem pendidikan, guru, maupun siswa. Masalah siswa masih menjadi sorotan utama di dunia pendidikan. Siswa yang merupakan usia anak-anak dan remaja akan melewati banyak fase kehidupannya di sekolah, dan banyak sekali fase rentan di dalamnya. Jika di rumah, orangtualah yang berperan menjadi pendamping anak dalam melakukan berbagai hal termasuk ketika menghadapi masalah. Bagaimana jika di sekolah? Siapakah yang membantu siswa? Jawabannya tentu guru. Walikelas biasanya berperan sebagai orangtua kedua bagi anak. Namun selain walikelas, ada guru yang secara spesifik diberi tugas untuk mendampingi siswa. Siapakah dia? Tentu guru bimbingan dan konseling (BK).
            Bimbingan dan Konseling merupakan terjemahan dari istilah Guidance & Counseling dalam bahasa Inggris. Sesuai dengan istilahnya, maka bimbingan dapat diartikan secara umum sebagai suatu bantuan. Bentuk bantuan dalam arti “bimbingan“ membutuhkan syarat, bentuk,dan  prosedur tertentu serta pelaksanaan tertentu sesuai dengan dasar, prinsip dan tujuannya.

            Bimbingan dan Konseling merupakan proses bantuan psikologis dan kemanusiaan secara ilmiah dan professional yang diberikan oleh pembimbing kepada yang dibimbing (peserta didik) agar ia dapat berkembang secara optimal, yaitu mampu memahami, mengarahkan, dan mengaktualisasikan diri sesuai tahap perkembangan, sifat-sifat, potensi yang dimiliki dan latar belakang kehidupan serta lingkungannya sehingga tercapai kebahagiaan dalam kehidupan.
Fakta di lapangan, keberadaan Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah identik dengan masalah yang dihadapi siswa. Banyak siswa yang dianggap bermasalah diarahkan ke guru BK atau biasa disebut konselor untuk ditangani. Hal ini tidaklah salah, namun juga tidak terlalu tepat. Ada kecenderungan guru BK ibarat polisi sekolah yang tugasnya menghukumi siswa bermasalah. Bahkan, siswa merasa tak nyaman berhubungan dengan guru BK, karena malu dan takut dianggap bermasalah oleh siswa-siswi lainnya. Seperti itukah wajah BK di sekolah?
            Kenyataan tak dipungkiri apabila siswa kerapkali menjumpai masalah dalam kehidupannya. Masalah itu dapat berupa masalah pribadi, sosial, karir, pendidikan, dan lain sebagainya. Pada titik ini, ada siswa yang bisa mengatasi masalahnya tanpa intervensi pihak lain. Di sisi lain, ada siswa yang membutuhkan intervensi pihak lain untuk menyelesaikan masalahnya.

Selama ini, peran dan citra seorang guru BK di mata murid dan masyarakat cenderung negatif. Guru BK seolah-olah hanya sebagai satpam dan polisi sekolah, dimana guru BK identik dengan tugas memarahi dan menasihati anak bermasalah. seperti berdiri di depan pintu gerbang menunggu siswa yang terlambat, menghakimi siswa yang berkelahi, bahkan guru BK memegang POIN pelanggaran sekolah. Dengan berbagai anggapan tersebut, maka jarang sekali siswa-siswi yang mau menemui guru BK di ruangannya, karena mereka takut dan banyak yang beranggapan setiap siswa yang datang ke ruang BK adalah siswa yang memiliki masalah.


Faktor lain adalah fungsi dan peran guru BK belum dipahami secara tepat, baik oleh pejabat sekolah maupun guru BK sendiri. Di banyak sekolah, ada guru BK yang bukan berlatar belakang pendidikan BK. Mungkin guru tersebut memang mampu menangani siswa, yang biasanya dikaitkan hanya pada kenakalan siswa semata. Namun, seorang guru BK perlu memahami prinsip-prinsip pelaksanaan BK, terutama prinsip yang berkenaan dengan masalah individu siswa. Ada pula guru BK yang berfungsi ganda dengan memerankan beragam jabatan misalnya, disamping sebagai guru BK dia juga menjabat wali kelas dan atau guru piket harian. Akibatnya, dia terlibat dalam penegakan tata tertib sekolah, pemberian hukuman, dan atau tindakan razia yang merupakan tindakan yang dibenci oleh siswa. Fenomena lain yang terlihat adalah sekolah tidak menyediakan fasilitas ruang konseling yang memadai. Ruang konseling dianggap sama dengan ruang kerja guru BK sehingga terwujud apa adanya. Padahal ruang konseling itu memiliki desain interior tersendiri dan tata letak furnitur yang diatur sesuai dengan orientasi teori konseling dan terapi yang diterapkan seorang konselor terhadap konselinya.

Monday, December 7, 2015

Quotes 4




Bila Hidup selalu berada di dalam Zona Nyaman,
bagaimana kita bisa merasakan gejolak
 kehidupan yang sebenarnya??
Padahal gejolak itulah yang membuat  hidup kita lebih berwarna.
M O Lusyana



Advokasi dalam Bimbingan dan Konseling





Advokasi dalam Bimbingan dan Konseling


Oleh : Elsya Pratiwi

Permasalahan siswa disekolah sungguh beragam. Meliputi bidang belajar, social, pribadi dan karir. Guru BK bisa membantu siswa menangani asalah-masalahnya dengan melalui berbagai layanan. Layanan yang diberikan guru BK adalah layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan penguasaan konten, layananan penguasaan perseorangan layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok, layanan konsultasi, layanan meditasi, konfeerensi kasus, layanan advokasi dan masih banyak lagi.

Disini kita akan membahas mengenai layanan advokasi yang dilakukan oleh guru BK. Layanan advokasi adalah layanan bimbingan konseling yang membantuu konselin untuk memperoleh kembali hak-hak dirinya yang tidak diperhatikan atau mendapat perlakuan yang menyalahi hak-haknya

Melihat pengertian diatas, ternyata guru BK disekolah tidak hanya memberi bimbingan dan konseling saja. Mereka harus memerjuangkan hak siswa yang tidak didapatkan karena beberapa hal. Misalnya saja, siswa yang mengalami masalah belajar. Guru mata pelajaran mengeluhkan bahwa siswa ini sering terlambat, sering bolos sekolah, dan tidak mengerjakan PR. Setelah dianalisis ternyata siswa tersebut adalah siswa yang berasal dari eluarga miskin yang tidak memiliki fasilitas belajar. Apakah guru BK bisa mengkonseling siswa tersebut? mungkin bisa untuk memotivasi siswa. Namun, masalah sebenarnya adalah fasilitas belajar yang tidak dimiliki siswa. Dan bagaimana guru BK membantunya? Guru BK bisa membantu siswa tersebut dengan advokasi. Mencari bebagai sumber beasiswa misalnya. Mngajukan siswa tersebut sebagai calon penerima beasiswa disekolah.

Advokasi pun bisa dilakukan untuk membantu siswa yang memiliki masalah-masalah diluar kemampuan guru BK, misalnya kasus criminal, obat-obatan, atau kekerasan seksual. Meskipun itu diluar kemampuan dan wewnang guru BK namun guru BK tidak boleh diam saja. Guru BK harus membantu siswa tersebut untuk memperoleh penanganan dari ahlnya. Guru BK bisa membantu anak melapor ke polisi, membawa siswa ke psikolog. Guru BK hrus mendampingi siswa ketika sedang mnyelesaikan masalahya.

Seperti yang sudah dijelaskan diatas, dalam melakuan tugasnya, guru BK tidak bisa menjalankan nya sendirian. Perlu adanya kolaborasi dengan berbagai pihak misalnya wali kelas dan kepala sekolah. Begitupun ketika melakukan advokasi. Menjadi guru BK haruslah mempunyai berbagai relasi dan memiliki banyak pengetahuan referensi lembaga, tempat, ataupun yang lainnya yang sekiranya bisa dimintai bantuan untuk menyelesaikan masalah siswanya.

Misalnya saja, jika ada siswa yang mengalami kekerasan seksual dirumah yang dilakukan oleh ayahnya sendiri. Tentu hal itu akan membuat anak takut untuk pulang kerumah bukan? Guru BK harus tahu tempat/shelter yang bisa ditempati anak tersebut untuk sementara waktu.demi keselamatan si anak. Shelter biasanya disediakan oleh beberapa lembaga di Indonesia. P2TP2A misalnya.
Menjadi guru BK harusah sadar bahwa tidak semua masalah yang dialami siswa bisa diselesaikan oleh duru BK sendiri. Dan, guru BK harus menyadari bahwa dia adalah orangtua siswa disekolah yang harus mendampingi siswa mendapatkan hak nya yang selama ini diabaikan oleh beberapa pihak


Quotes 3





jika kau merasa hidup ini akan aman tanpa cinta, itu berarti kau sakit. Karena manusia yang sehat 
adalah yang mampu 
memenuhi 5 hirarki maslow 
dan salah 
satunya adalah memiliki cinta.

By : D Purnama S


The Agent is Victim Too







The Agent is Victim Too
Oleh    : Elsya Pratiwi


Stop Bullying!!!
Bullying adalah masalah serius yang terjadi di berbagai Negara. Bullying yang marak terjadi sekarang adalah bullying disekolah dan cyber bullying. Banyak sekali kasus bunuh diri yang dlakukan oleh remaja karena kasus ini.


Bullying disekolah jarang terjadi dalam bentuk kekerasan fisik, namun lebih banyak terjadi dalam bentuk kekerasan verbal dan relasional. inilah yang membuat sekolah sulit mendeteksi. Kekerasan verbal dapat berupa memberi julukan nama yang membuat seseorang tidak nyaman dengan julukan tersebut, celaan, fitnah, kritik tajam, penghinaan, intimidasi, pemalakan, perampasan barang, dan pelecehan seksual, dll.

Kekerasan relasional merupakan upaya pelemahan harga diri secara sistematis dan upaya merusak persahabatan, bentuknya seperti melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, mengancam, mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan surat kaleng, dll.

Bullying di sekolah umumnya bukan karena kemarahan, konflik, atau ekonomi, tetapi lebih pada memperlakukan secara tidak sopan, atau mempengaruhi dengan paksaan dan kekuatan. Sehingga motif pelakunya pun mengarah pada keinginan untuk menujukkan bahwa ia punya kekuatan, dialah yang berkuasa dilingkungannya, ingin mendapat kepuasan, ingin mendapatkan respek dari siswa lain, perasaan tidak suka, iri hati, dan sakit hati terhadap siswa lain.
Guru, ataupun pihak lainnya seringkali terlalu focus pada korban. Padahal, jika kita melihat lebih jauh sebenarnya pelaku bullying adalah korban juga. Korban dari kejahatan lain, yang biasanya lebih besar dan berasal dari lingkungannya sendiri. Bullying disebabkan oleh korban dari keadaan lingkungan yang membentuk kepribadiannya menjadi agresif dan kurang mampu mengendalikan emosi. Kebanyakan perilaku bullying berkembang dari berbagai faktor lingkungan yang kompleks.
Adapun beberapa jenis pelaku bullying adalah

Pelaku utama

Pelaku utama adalah pihak yang merasa lebih berkuasa dan berinisiatif melakukan tindak kekerasan baik secara fisik maupun psikologis terhadap korban

Pelaku pengikut

Pelaku pengikut, yaitu pihak yang ikut melakukan bullying berdasarkan solidaritas kelompok atau rasa setia kawan, konformitas, tuntutan kelompok, atau untuk mendapatkan penerimaan atau pengakuan kelompok.

Saksi

Saksi merupakan di luar pihak pelaku dan korban sebenarnya ada sekelompok saksi, dimana saksi ini biasanya hanya bisa diam membiarkan kejadian berlangsung, tidak melakukan apapun untuk menolong korban, bahkan seringkali mendukung perlakuan bullying. Saksi cenderung tidak mau ikut campur disebabkan karena takut menjadi korban berikutnya, merasa korban pantas dibully, tidak mau menambah masalah atau tidak mau tahu.
Banyak sekali faktor penyebab mengapa seseorang berbuat bullying. Pada umumnya orang melakukan bullying karena merasa tertekan, terancam, terhina, sakit hati, dendam, dan sebagainya. Jadi sebenarnya pelaku bullying sesungguhnya juga merupakan korban dari bullying yang dilakukan orang lain kepadanya. Sehingga perilaku ini dapat dikatakan sebagai sebuah siklus, dalam artian pelaku saat ini kemungkinan besar merupakan korban dari pelaku bullying sebelumnya.




Faktor keluarga: Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah: orangtua yang kerap menghukum anaknya secara berlebihan atau situasi rumah yang penuh stres, agresi dan permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik yang terjadi pada orangtua mereka dan kemudian menirunya terhadap teman-temannya. Atau sering terjadi tindak kekerasan yang dilakukan orang tua terhadap anaknya, ketika anak tidak berani melawan orang tua, maka “perlawanan” ini ditujukan pada teman-temannya.


Faktor sekolah: Karena pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini, terutama pada kasus kekerasan verbal dan relasional, anak-anak sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka untuk melakukan intimidasi anak-anak yang lainnya. Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah yang didalamnya terdapat perilaku diskriminatif, kurangnya pengawasan dan bimbingan etika, adanya kesenjangan besar antara siswa yang kaya dan miskin, pola kedisiplinan yang sangat kaku ataupun yang terlalu lemah, bimbingan yang tidak layak dan peraturan yang tidak konsisten.

Faktor kelompok sebaya: Anak-anak ketika berinteraksi di sekolah dan dengan teman sekitar rumah kadang kala terdorong melakukan bullying untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, untuk mendapatkan respek dari teman, atau untuk menunjukkan di depan teman-temannya bahwa dia punya kekuatan, dia yang paling berani, dialah orang yang berkuasa dikelompoknya.

Faktor lingkungan: Lingkungan sekitar rumah sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku bullying, misalnya anak hidup pada lingkungan orang yang sering berkelahi atau bermusuhan, berlaku tidak sesuai dengan norma yang ada, maka anak akan mudah meniru perilaku lingkungan itu dan merasa tidak bersalah, atau menganggapnya sebagai hal yang biasa yang tidak melanggar norma.. Juga tayangan berita, sinetron, film, dan media cetak yang secara vulgar menyuguhkan kekerasan, secara tidak langsung memberi legitimasi perilaku kekerasan.
Jika kita sudah bisa memahami itu semua, pernahkah terlintas dalam fikian bahwa pelaku bullying juga perlu pendampingan?


Wednesday, December 2, 2015

Quotes 2





Kata-kata Mutiara


Hidup itu bagaikan teka-teki yang harus di pecahkan, 

bagaikan sebuah misteri dimana tak ada seorang pun yang 

dapa mengetahui apa yang akan terjadi.



BY, M,O Lusyana


KEPRIBADIAN MENURUT GOLONGAN DARAH



KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN BERDASARKAN GOLONGAN DARAH
GOLONGAN DARAH A
·         Mempunyai sifat terorganisir, konsisten, sangat mudah bekerja sama, orangnya tegas, bisa diandalkan dan dipercaya namun keras kepala.
·         Berpikir sebelum bertindak, dan merencanakan segala sesuatunya secara matang adalah karakteristk yang lain dari golongan darah A Mereka mengerjakan segalanya dengan sungguh-sungguh dan konsisten.
·         Tenang saat situasi kritis bahkan saat semua orang panik. Namun, mereka cenderung menghindari konfrontasi dan merasa tidak nyaman di dekat orang yang tidak cocok.
·         Mempunyai karakter pemalu, cenderung sangat sopan. Tapi semua orang dengan golongan darah A memiliki kesamaan yaitu tidak pernah benar-benar merasa cocok dengan orang lain.
·         Sangat bertanggung jawab, bisa dibilang single fighter
·         Sangat kreatif dan paling artistik.
·         Berkepala dingin, serius, sabar dan tenang.
·         Berusaha membuat diri mereka sewajar dan seideal mungkin.
·         Terlihat menyendiri dan jauh dari orang-orang.
·         Mencoba menekan perasaan mereka dan kelihatan tegar, walaupun sebenarnya mereka mempunyai sisi yang lemah.
·         Cenderung keras terhadap orang-orang yang tidak sependapat. Maka dari itu, mereka cenderung berada di sekitar orang-orang yang bertemperamen sama.
GOLONGAN DARAH B
·         Mempunyai sifat yang santai. Lebih suka mengikuti aturan dan ide-ide mereka sendiri. Mereka adalah individualis.
·         Bertindak sesuai pemikiran dari pada perasaan.
·         Terkadang tampak dingin dan serius.
·         Suka penasaran dan tertarik pada segala hal baru.
·         Mempunyai terlalu banyak kegemaran dan hobi. Kalau sedang suka dengan sesuatu biasanya mereka menggebu-gebu namun cepat juga bosan.
·         Ingin menjadi nomor satu dalam berbagai hal dan tidak mau hanya dianggap rata-rata. Cenderung melalaikan hal yang lain jika sedang terfokus pada sesuatu.
·         Terlihat cemerlang, riang, bersemangat dan antusias dari luar tetapi di balik itu semua ada sesuatu yang disembunyikan dan dipendamnya sendiri.
GOLONGAN DARAH O
·         Mempunyai sifat terbuka, enerjik, sosial dan paling fleksibel.
·         Terkadang merasa putus asa dan kurang mendapat kepercayaan dari lingkungan.
·         Selalu mengatakan apa yang ada di pikiran mereka
·         Menghargai pendapat orang lain dan suka menjadi pusat perhatian dan sangat percaya diri.
·         Membuat suatu keharmonisan di antara para anggota kelompok/grup. Memiliki jiwa kepemimpinan yang baik.
·         Figur mereka terlihat sebagai orang yang menerima dan melaksakan sesuatu dengan tenang tetapi di dalam hatinya dia sedang panik.
·         Suka menyimpan rasa kesalnya kepada orang lain.
·         Biasanya pemurah (baik hati), senang berbuat kebajikan. Dermawan dan tidak segan-segan mengeluarkan uang untuk orang lain.
·         Mudah menerima hal-hal yang baru.
·         Mudah dipengaruhi oleh orang lain dan lingkungan.
·         Terlihat berkepala dingin dan terpercaya, tetapi sering tergelincir dan membuat kesalahan yang besar karena kurang berhati-hati.
·         Semua orang suka padanya dan terkenal akan kepribadiannya yang keras kepala.
GOLONGAN DARAH AB
·         Bisa pemalu dan bisa tiba-tiba sebaliknya (cenderung terlihat mempunyai dua kepribadian).
·         Dapat dipercaya dan bertanggung jawab, tetapi tidak dapat menangani terlalu banyak.
·         Dikenal sensitif dan ingin mendapat perhatian.
·          Memiliki perasaan yang sensitif dan lembut.
·          Penuh perhatian dan menjaga perasaan orang lain dan selalu menghadapi orang lain dengan kepedulian serta kehati-hatian.
·         Keras dengan diri sendiri dan juga dengan orang-orang yang dekat dengannya.
·         Sering menjadi orang yang sentimen dan memikirkan sesuatu terlalu panjang dan dalam.
·         Punya banyak teman, tetapi membutuhkan waktu dan tempat untuk menyendiri dalam memikirkan persoalan-persoalan mereka.
Catatan:
Karakteristik kepribadian di atas belum tentu 100% benar dan sesuai dikarenakan kepribadian kita juga dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berasal dari dalam diri kita (internal) atau pun dari lingkungan sekitar (eksternal).

Sumber

https://hermantusiadi.wordpress.com/venus/watak-manusia-berdasarkan-tahun-kelahiran/