JENIS-JENIS
POLA ASUH ORANGTUA
Dalam mengasuh anak, orangtua
cenderung menggunakan pola asuh tertentu. Menurut Dr. Baumrind, terdapat 3
macam pola asuh orangtua yaitu demokratis, otoriter dan permisif.
1. Pola Asuh Otoriter (parent
oriented)
Cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti,
biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman misalnya, kalau tidak mau makan, maka
tidak akan diajak bicara. Orangtua tipe ini cenderung memaksa, memerintah dan
menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orangtua,
maka orangtua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orangtua tipe ini juga tidak
mengenal kompromi dan dalam berkomunikasi biasanya bersifat satu arah. (Ira
Petranto, 2005). Misalnya, sang anak harus menutup pintu kamar mandi ketika
mandi tanpa penjelasan, anak laki-laki tidak boleh bermain dengan anak
perempuan, melarang anak bertanya kenapa dia lahir, anak dilarang bertanya
tentang lawan jenisnya. Dalam hal ini tidak mengenal kompromi. Anak suka atau
tidak suka, mau atau tidak mau harus memenuhi target yang ditetapkan orangtua.
Anak adalah obyek yang harus dibentuk orang tua yang merasa lebih tahu mana
yang terbaik untuk anak-anaknya. (Debri, 2008).
2. Pola Asuh Permisif (children
centered)
Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu
tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur/memperingatkan
anak apabila anak sedang dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan yang
diberikan oleh mereka, sehingga seringkali disukai oleh anak. (Ira Petranto,
2005). Misalnya anak yang masuk kamar orangtua tanpa mengetuk pintu dibiarkan,
telanjang dari kamar mandi dibiarkan begitu saja tanpa ditegur, membiarkan anak
melihat gambar yang tidak layak untuk anak kecil, dengan pertimbangan anak
masih kecil. Sebenarnya, orangtua yang menerapkan pola asuh seperti ini hanya
tidak ingin konflik dengan anaknya. (Debri, 2008).
3. Pola Asuh Demokratis
Memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu dalam
mengendalikan mereka. Orangtua dengan perilaku ini bersikap rasional, selalu
mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orangtua tipe ini
juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan
yang melampaui kemampuan anak. Orangtua tipe ini juga memberikan kebebasan
kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan dan pendekatannya kepada
anak, bersifat hangat. (Ira Petranto, 2005). Misalnya, ketika orangtua
menetapkan untuk menutup pintu kamar mandi ketika sedang mandi dengan diberi
penjelasan, mengetuk pintu ketika masuk kamar orangtua, memberikan penjelasan
perbedaan laki-laki dan perempuan, berdiskusi tentang hal yang tidak boleh
dilakukan anak misalnya tidak boleh keluar dari kamar mandi dengan telanjang,
sehingga orangtua yang demokratis akan berkompromi dengan anak. (Debri, 2008).
Elizabeth B. Hurlock.(1999). Perkembangan
Anak. Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Terimakasih informasinya, saya jadi menjadi tau pola pola orangtua yang sering terjadi.
ReplyDeleteTerimakasih atas infonya, menambah pengetahuan saya tentang BK.
ReplyDeleteTolong contohnya ditambah lagi, dan bagaimana penerapannya dalam menyelesaikan permasalahan anak.
Saya punya pertanyaan, bagaimana menyelesaikan permasalahan anak yang sedang berada dalam masa emosi tinggi, dan mulai kritis terhadap perkataan orang lain. Contoh anak tidak mau dimarahi, selalu menunda-nunda apabila diminta tolong orangtuanya.
Kalo boleh tau,berapa usia anak itu?
DeleteUsia 12 tahun
DeleteTerima kasih informasinya sangat membantu untuk saya dan kita semua
ReplyDeleteTerima kasih ya buat info nya😀
ReplyDeleteTerima kasih ya buat info nya😀
ReplyDelete