Sunday, December 20, 2015
Saturday, December 19, 2015
TESTIMONI
BAGAIMANA
PENDAPAT ANDA MENGENAI BLOG LINGKAR BK ???
Gue
baru tau ternyata ini perbedaan BK, psikolog dan psikiater... dan masa untuk
menjadi psikiater cukup lama ya...
Blog ini membantu sekali ya, gue jadi tau mengenai BK dan mendapat pengetahuan untuk diterapkan ke dalam kehidupan sehari-hari untuk adek saya yang dirumah..
Blog ini membantu sekali ya, gue jadi tau mengenai BK dan mendapat pengetahuan untuk diterapkan ke dalam kehidupan sehari-hari untuk adek saya yang dirumah..
Bagus
bgt nih, interesting, mendidik :D
Keren
deh ulasan dan blognya! Saya suka sekali inside out. Untuk yang belajar
psikologi terkait emosi dapat dengan mudah belajar disini, jika dapat memaknai
film ini dengan baik, dan tidak hanya melihatnya sebagai hiburan semata. Nice
job admins!
Blognya
terlalu rame gambar. terlalu banyak warna. bikin blog biasa2 saja. trus mudah
dibaca dan menarik... terima kasih
Keren
nih blognya! Ohiya review film "Elegant Lies" dong, itu juga bagus
untuk remaja.
Menarik dan atraktif
BK bukan hanya di Sekolah
Apakah
kalian tau?
Lulusan BK bukan hanya bekerja
di sekolah atau mengajar di kelas
mungkin sebagian besar lulusan BK berada di dalam dunia pendidikan terutama jenjang SMP/Mts dan SMA/SMK/MA, namun ada juga beberapa lembaga pendidikan terutama swasta yang membutuhkan tenaga konseling untuk TK, PAUD dan SD.
mungkin sebagian besar lulusan BK berada di dalam dunia pendidikan terutama jenjang SMP/Mts dan SMA/SMK/MA, namun ada juga beberapa lembaga pendidikan terutama swasta yang membutuhkan tenaga konseling untuk TK, PAUD dan SD.
Selain
itu dibutuhkan dosen BK di Indonesia. Hal ini disebabkan banyak dosen BK yang
ternyata tidak berlatar belakang BKagar universitas tersebut memperoleh
akreditas yang baik dan banyak dosen BK yang sudah menjelang masa pension. Sehingga
peluang menjadi dosen BK sangat terbuka lebar.
Sementara
jenjang karier lulusan BK pada umunya menjadi pegawai negeri sipil. Seorang
lulusan BK dapat memulai karier dari menjadi Guru BK, Koordinator Guru BK,
Wakil Kepala Sekolah, Kepala Sekolah, Pengawas Sekolah bidang bimbingan dan
konseling, Kepala Dinas Pendidikan Kota/Provinsi. Tidak sedikit pula lulusan BK
yang berkarier sebagai kepala sekolah atau pengawas sekolah. Ada pula lulusan
BK yang menjadi Rektor Perguruan Tinggi seperti Bpk Prof. Dr, Sunaryo
Kartadinata yang merupakan Rektor Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), dan
Dekan Fak. Ilmu Pendidikan UPI Prof. Dr. Ahman yang juga merupakan lulusan BK.
Selain itu tidak sedikit lulusan BK yang mempunyai posisi penting di institusi
sekolah maupun perguruan tinggi.
Bagi
yang ingin berwirausaha dapat mendirikan Lembaga Konseling, Jasa Layanan Tes
Psikologi, ataupun Lembaga Konsultasi Pendidikan. Kebutuhan terhadap layanan
Konseling ini semakin besar terutama di kota-kota besar dimana masyarakatnya
semakin terbuka, dan memiliki tingkat stress yang tinggi, Dewasa ini kebutuhan
akan konseling anak dan konseling pendidikan, luar biasa banyaknya. Akan tetapi
sedikitnya lulusan BK yang mau mengisi peluang ini, menjadikan konseling anak
lebih dikuasai oleh psikolog anak sementara konseling pendidikan/karier lebih
diisi oleh praktisi-praktisi yang bahkan tidak punya latar belakang
psikologi/pendidikan/konseling melainkan belajar dari pengalaman. Lembaga
Konseling yang sudah ada yaitu Multikarya Konseling dapat diakses dihttp://www.multikaryakons.com/
Selain
di bidang pendidikan lulusan BK biasanya jadi apa sih?
Bidang
lain yang dapat diisi oleh lulusan BK adalah HRD/Pengembangan SDM di
instansi/dunia usaha dan industri, bank; Tenaga Konselor di Pusat Rehabilitasi,
Lembaga Pemasyarakatan, Perkumpulan Keluarga berencana Indonesia (PKBI);
Konsultan pengembangan SDM; Motivator; Badan Penasehat Pembinaan Pelestarian
Perkawinan (BP4) Kementerian Agama; Konselor dan Konsultan Pendidikan di
Lembaga-Lembaga Bimbingan Belajar (LBB).
http://chairulanwar981.blogspot.co.id/2013/12/bimbingan-konseling-profesi-dan-prospek.html
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/195608101981011-D._NUNU_HERYANTO/konsep_dasar,_prinsip,_asas,_fungsi,_tujuan_BPPLS.PDF
Kekerasan Seksual
Apa itu kekerasan seksual?
STOP kekerasan seksual
Lindungi Wanita Dari Pelecehan
seksual
Di
zaman yang sudah modern ini walaupun para wanita, sudah meminta untuk mempunyai
kesamaan derajat dengan laki-laki. Tetapi tetap saja hak itu banyak belum didapatkan
oleh wanita sehiggga banyak terjadi kekerasan seksual kepada wanita. Mungkin
kalian sudah penah mendengar mengenai kekerasan seksual. Biasanya kekerasan
seksual dilakukan oleh oraag terdekat dan biasanya hal itu mungkin masih banyak
terjadi di lingkungan keluarga. Karena banyak kaum laki-laki dalam keluarga
tidak dapat mengungkapkan emosi yang ia punya kepada orang yang di cintainya
sehingga terjadi kejaian kekerasan dalam rumah tangga dan mngkin kekerasan
seksual tehadap istri di dalam sebuah keluarga. Kekerasan seksual adalah
kekerasan yang terjadi karena persoalan seksualitas. Ibarat awan dan hujan,
demikianlah hubungan antar seks dan kekerasan. Di mana terdapat seks maka
kekerasan hampir selalu dilahirkan. Termasuk dalam kekerasan seksual adalah
perkosaan, pelecehan seksual (penghinaan dan perendahan terhadap lawan jenis),
penjualan anak perempuan untuk prostitusi, dan kekerasan oleh pasangan.
Berikut
tipe kekerasan oleh pasangan dan contoh perilaku kekerasan
Kekerasan fisik
: Menampar, memukul, menendang, mendorong, mencambuk, dll.
Kekerasan emosional/ verbal
: Mengkritik, membuat pasangan merasa bersalah, membuat permainan pikiran,
memaki, menghina, dll.
Ketergantungan finansial
: Mencegah pasangan untuk mendapat pekerjaan, membuat pasangan dipecat, membuat
pasangan meminta uang, dll
Isolasi sosial
: Mengontrol pasangan dengan siapa boleh bertemu dan di mana bisa bertemu,
membatasi gerak pasangan dalam pergaulan, dll
Kekerasan seksual
: Memaksa seks, berselingkuh, sadomasokisme, dll.
Pengabaian/penolakan
: Mengatakan kekerasan tidak pernah terjadi, menyalahkan pasangan bila
kekerasan terjadi, dll.
Koersi, ancaman, intimidasi
: Membuat pasangan khawatir, memecahkan benda-benda, mengancam akan
meninggalkan, dll
Sumber :
http://www.psikoterapis.com/?en_kekerasan-seksual,210
Thursday, December 10, 2015
Perbedaan Konselor, Psikiater dan Psikolog
Kalian
penasarankan…
Sebelum kita melihat perbedaannya sebelumnya
psikolog, psikiater dan konselor mempunyai kesamaan yaitu ketiganya dapat
memberikan konsultasi atau bimbingan untuk masalah tertentu.
Psikiater adalah dokter yang sudah mengambil spesialis
kedokteran jiwa. Gelar mereka biasanya ditulis dr. Nama, SpKJ. (Spesialis
Kedokteran Jiwa). Setelah lulus sarjana kedokteran (dokter Umum) seseorang yang
hendak menjadi psikiater harus mengambil keahlian bidang psikiatri sekitar lima
tahun. Baru layak menyandang gelar spesialisasi Psikiater. Psikiater bertugas
memberikan konsultasi seputar kesehatan jiwa. Sebab mereka dilengkapi dengan berbagaii
kemampuan baik konseling dan psikoterapi. Mereka belajar keahlian ini (dihitung
dari S1) selama sepuluh tahun, bahkan bisa lebih. Disamping itu psikiater
berhak memberikan (resep) obat kepada pasien atau klien. Psikolog dan konselor
sama sekali tidak berhak mengeluarkan resep.
Psikolog adalah gelar profesi yang diberikan kepada seseorang yang sudah lulus
sarjana Psikologi. Biasanya setelah lulus S1 Psikologi perlu waktu satu
setengah tahun hingga dua tahun menyelesaikan gelar profesi Psikolog. Gelar
mereka adalah Nama, M.Psi, Psikolog. Namun setelah tahun setelah tahun 1992,
lulusan S1 yang studi selama 4-5 tahun ( Sarjana Psikologi) melanjutkan ke S2
Program profesi dan baru disebut dengan Psikolog. Lamanya sekitar 2 tahun.
Seorang psikolog ada yang bekerja atau praktek sebagai psikologi klinis di rumah
sakit. Selain itu ada psikolog dengan spesialisasi psikologi industri dan
organisasi. Psikolog industri dan organisasi biasanya bekerja di bagian Human
Resources and Development (HRD). Psikolog biasanya menggunakan pendekatan
sosial dari permasalahan kejiwaan. Mereka mempelajari aspek sosial dari
individu tersebut, seperti keluarga, norma masyarakat dan agama. Dalam
menentukan diagnosa dan penyebab, mereka akan melakukan wawancara dengan klien
dan keluarganya. Psikolog menggunakan pendekatan konseling intervensi, terapi
tertentu hingga alat tes. Untuk membantu diagnosa, psikolog terkadang
menggunakan bantuan tes-tes psikologi. Fungsinya untuk membantu psikolog dalam
menentukan diagnosa. Untuk menyembuhkan atau menghilangkan permasalahan
kejiwaan, psikolog menggunakan terapi konseling dan intervensi. Jenis tes itu
antara lain tes IQ, minat, bakat, karir, tes kepribadian, dll.
Konselor menyelesaikan studi di jurusan bimbingan
Konseling. Sudah ada program sertifikasi BK dengan lembaga bernama ABKIN,
Asosiasi Bimbingan Konseling Indonesia. Umumnya mereka bekerja sebagai konselor
di sekolah, TK hingga SMU . Banyak
sekolah yang baik menyediakan guru BK bagi siswanya. Konselor memangil nama
orang yang mendatanginya konseli dan konselor biasanya di tempatkan di sekolah atau
yayasan konseling.. Psikolog atau psikiater biasanya lebih bersifat umum, Kerja Sama dan Rujukan Baik psikiater maupun
psikolog memiliki hubungan yang erat. Karena masalah kejiwaan manusia tidak
disebabkan oleh satu faktor saja tapi multi faktor yang saling mempengaruhi.
Itu sebabnya berkolaborasi agar permasalahan klien bisa diselesaikan secara
menyeluruh.
http://www.kompasiana.com/juliantosimanjuntak/beda-psikiater-psikolog-dan-konselor_550dd4c6a33311bd2dba7d55
Tuesday, December 8, 2015
Pola Asuh Orangtua
JENIS-JENIS
POLA ASUH ORANGTUA
Dalam mengasuh anak, orangtua
cenderung menggunakan pola asuh tertentu. Menurut Dr. Baumrind, terdapat 3
macam pola asuh orangtua yaitu demokratis, otoriter dan permisif.
1. Pola Asuh Otoriter (parent
oriented)
Cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti,
biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman misalnya, kalau tidak mau makan, maka
tidak akan diajak bicara. Orangtua tipe ini cenderung memaksa, memerintah dan
menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orangtua,
maka orangtua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orangtua tipe ini juga tidak
mengenal kompromi dan dalam berkomunikasi biasanya bersifat satu arah. (Ira
Petranto, 2005). Misalnya, sang anak harus menutup pintu kamar mandi ketika
mandi tanpa penjelasan, anak laki-laki tidak boleh bermain dengan anak
perempuan, melarang anak bertanya kenapa dia lahir, anak dilarang bertanya
tentang lawan jenisnya. Dalam hal ini tidak mengenal kompromi. Anak suka atau
tidak suka, mau atau tidak mau harus memenuhi target yang ditetapkan orangtua.
Anak adalah obyek yang harus dibentuk orang tua yang merasa lebih tahu mana
yang terbaik untuk anak-anaknya. (Debri, 2008).
2. Pola Asuh Permisif (children
centered)
Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu
tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur/memperingatkan
anak apabila anak sedang dalam bahaya dan sangat sedikit bimbingan yang
diberikan oleh mereka, sehingga seringkali disukai oleh anak. (Ira Petranto,
2005). Misalnya anak yang masuk kamar orangtua tanpa mengetuk pintu dibiarkan,
telanjang dari kamar mandi dibiarkan begitu saja tanpa ditegur, membiarkan anak
melihat gambar yang tidak layak untuk anak kecil, dengan pertimbangan anak
masih kecil. Sebenarnya, orangtua yang menerapkan pola asuh seperti ini hanya
tidak ingin konflik dengan anaknya. (Debri, 2008).
3. Pola Asuh Demokratis
Memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu dalam
mengendalikan mereka. Orangtua dengan perilaku ini bersikap rasional, selalu
mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orangtua tipe ini
juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan
yang melampaui kemampuan anak. Orangtua tipe ini juga memberikan kebebasan
kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan dan pendekatannya kepada
anak, bersifat hangat. (Ira Petranto, 2005). Misalnya, ketika orangtua
menetapkan untuk menutup pintu kamar mandi ketika sedang mandi dengan diberi
penjelasan, mengetuk pintu ketika masuk kamar orangtua, memberikan penjelasan
perbedaan laki-laki dan perempuan, berdiskusi tentang hal yang tidak boleh
dilakukan anak misalnya tidak boleh keluar dari kamar mandi dengan telanjang,
sehingga orangtua yang demokratis akan berkompromi dengan anak. (Debri, 2008).
Elizabeth B. Hurlock.(1999). Perkembangan
Anak. Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Guru BK= Polisi Sekolah
Guru BK = Polisi Sekolah?
Oleh: Elsya Pratiwi
Guru BK = Polisi Sekolah?
Oleh: Elsya Pratiwi
Apa sih
bimbingan konseling itu?
Apa saja
sih tugas Guru BK di sekolah?
Benarkah
guru BK itu polisi sekolah?
Dewasa
ini, dengan bertambah majunya peradaban dan teknologi, menjadikan dunia
pendidikan semakin mudah untuk menemukan eksistensinya. Banyak sekali manfaat
yang dapat diambil bagi segala aspek pendidikan. Namun demikian, banyak juga
konsekuensi yang harus dicarikan solusinya.
Di sekolah,
tentu bisa ditemui banyak sekali masalah terjadi, baik dari segi sistem
pendidikan, guru, maupun siswa. Masalah siswa masih menjadi sorotan utama di dunia
pendidikan. Siswa yang merupakan usia anak-anak dan remaja akan melewati banyak
fase kehidupannya di sekolah, dan banyak sekali fase rentan di dalamnya. Jika
di rumah, orangtualah yang berperan menjadi pendamping anak dalam melakukan
berbagai hal termasuk ketika menghadapi masalah. Bagaimana jika di sekolah?
Siapakah yang membantu siswa? Jawabannya tentu guru. Walikelas biasanya
berperan sebagai orangtua kedua bagi anak. Namun selain walikelas, ada guru
yang secara spesifik diberi tugas untuk mendampingi siswa. Siapakah dia? Tentu
guru bimbingan dan konseling (BK).
Bimbingan dan Konseling merupakan
terjemahan dari istilah Guidance & Counseling dalam bahasa Inggris. Sesuai
dengan istilahnya, maka bimbingan dapat diartikan secara umum sebagai suatu
bantuan. Bentuk bantuan dalam arti “bimbingan“ membutuhkan syarat, bentuk,dan prosedur tertentu serta pelaksanaan tertentu
sesuai dengan dasar, prinsip dan tujuannya.
Bimbingan
dan Konseling merupakan proses bantuan psikologis dan kemanusiaan secara ilmiah
dan professional yang diberikan oleh pembimbing kepada yang dibimbing (peserta
didik) agar ia dapat berkembang secara optimal, yaitu mampu memahami,
mengarahkan, dan mengaktualisasikan diri sesuai tahap perkembangan,
sifat-sifat, potensi yang dimiliki dan latar belakang kehidupan serta
lingkungannya sehingga tercapai kebahagiaan dalam kehidupan.
Fakta di lapangan, keberadaan
Bimbingan dan Konseling (BK) di sekolah identik dengan masalah yang dihadapi
siswa. Banyak siswa yang dianggap bermasalah diarahkan ke guru BK atau biasa
disebut konselor untuk ditangani. Hal ini tidaklah salah, namun juga tidak
terlalu tepat. Ada kecenderungan guru BK ibarat polisi sekolah yang tugasnya
menghukumi siswa bermasalah. Bahkan, siswa merasa tak nyaman berhubungan dengan
guru BK, karena malu dan takut dianggap bermasalah oleh siswa-siswi lainnya.
Seperti itukah wajah BK di sekolah?
Kenyataan
tak dipungkiri apabila siswa kerapkali menjumpai masalah dalam kehidupannya.
Masalah itu dapat berupa masalah pribadi, sosial, karir, pendidikan, dan lain
sebagainya. Pada titik ini, ada siswa yang bisa mengatasi masalahnya tanpa
intervensi pihak lain. Di sisi lain, ada siswa yang membutuhkan intervensi pihak
lain untuk menyelesaikan masalahnya.
Selama ini,
peran dan citra seorang guru BK di mata murid dan masyarakat cenderung negatif.
Guru BK seolah-olah hanya sebagai satpam dan polisi sekolah, dimana guru BK
identik dengan tugas memarahi dan menasihati anak bermasalah. seperti berdiri
di depan pintu gerbang menunggu siswa yang terlambat, menghakimi siswa yang
berkelahi, bahkan guru BK memegang POIN pelanggaran sekolah. Dengan berbagai
anggapan tersebut, maka jarang sekali siswa-siswi yang mau menemui guru BK di
ruangannya, karena mereka takut dan banyak yang beranggapan setiap siswa yang
datang ke ruang BK adalah siswa yang memiliki masalah.
Faktor lain
adalah fungsi dan peran guru BK belum dipahami secara tepat, baik oleh pejabat
sekolah maupun guru BK sendiri. Di banyak sekolah, ada guru BK yang bukan
berlatar belakang pendidikan BK. Mungkin guru tersebut memang mampu menangani
siswa, yang biasanya dikaitkan hanya pada kenakalan siswa semata. Namun,
seorang guru BK perlu memahami prinsip-prinsip pelaksanaan BK, terutama prinsip
yang berkenaan dengan masalah individu siswa. Ada pula guru BK yang berfungsi
ganda dengan memerankan beragam jabatan misalnya, disamping sebagai guru BK dia
juga menjabat wali kelas dan atau guru piket harian. Akibatnya, dia terlibat
dalam penegakan tata tertib sekolah, pemberian hukuman, dan atau tindakan razia
yang merupakan tindakan yang dibenci oleh siswa. Fenomena lain yang terlihat
adalah sekolah tidak menyediakan fasilitas ruang konseling yang memadai. Ruang
konseling dianggap sama dengan ruang kerja guru BK sehingga terwujud apa
adanya. Padahal ruang konseling itu memiliki desain interior tersendiri dan
tata letak furnitur yang diatur sesuai dengan orientasi teori konseling dan
terapi yang diterapkan seorang konselor terhadap konselinya.
Monday, December 7, 2015
Quotes 4
Bila Hidup selalu berada di dalam Zona Nyaman,
bagaimana kita bisa merasakan gejolak
kehidupan yang sebenarnya??
Padahal gejolak itulah yang membuat hidup kita lebih berwarna.
M O Lusyana
Advokasi dalam Bimbingan dan Konseling
Advokasi dalam Bimbingan dan Konseling
Oleh : Elsya Pratiwi
Permasalahan
siswa disekolah sungguh beragam. Meliputi bidang belajar, social, pribadi dan
karir. Guru BK bisa membantu siswa menangani asalah-masalahnya dengan melalui
berbagai layanan. Layanan yang diberikan guru BK adalah layanan orientasi,
layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan penguasaan
konten, layananan penguasaan perseorangan layanan bimbingan kelompok, layanan
konseling kelompok, layanan konsultasi, layanan meditasi, konfeerensi kasus,
layanan advokasi dan masih banyak lagi.
Disini
kita akan membahas mengenai layanan advokasi yang dilakukan oleh guru BK.
Layanan advokasi adalah layanan bimbingan konseling yang membantuu konselin
untuk memperoleh kembali hak-hak dirinya yang tidak diperhatikan atau mendapat
perlakuan yang menyalahi hak-haknya
Melihat
pengertian diatas, ternyata guru BK disekolah tidak hanya memberi bimbingan dan
konseling saja. Mereka harus memerjuangkan hak siswa yang tidak didapatkan
karena beberapa hal. Misalnya saja, siswa yang mengalami masalah belajar. Guru
mata pelajaran mengeluhkan bahwa siswa ini sering terlambat, sering bolos
sekolah, dan tidak mengerjakan PR. Setelah dianalisis ternyata siswa tersebut
adalah siswa yang berasal dari eluarga miskin yang tidak memiliki fasilitas
belajar. Apakah guru BK bisa mengkonseling siswa tersebut? mungkin bisa untuk
memotivasi siswa. Namun, masalah sebenarnya adalah fasilitas belajar yang tidak
dimiliki siswa. Dan bagaimana guru BK membantunya? Guru BK bisa membantu siswa
tersebut dengan advokasi. Mencari bebagai sumber beasiswa misalnya. Mngajukan
siswa tersebut sebagai calon penerima beasiswa disekolah.
Advokasi
pun bisa dilakukan untuk membantu siswa yang memiliki masalah-masalah diluar
kemampuan guru BK, misalnya kasus criminal, obat-obatan, atau kekerasan
seksual. Meskipun itu diluar kemampuan dan wewnang guru BK namun guru BK tidak
boleh diam saja. Guru BK harus membantu siswa tersebut untuk memperoleh
penanganan dari ahlnya. Guru BK bisa membantu anak melapor ke polisi, membawa
siswa ke psikolog. Guru BK hrus mendampingi siswa ketika sedang mnyelesaikan
masalahya.
Seperti yang sudah
dijelaskan diatas, dalam melakuan tugasnya, guru BK tidak bisa menjalankan nya
sendirian. Perlu adanya kolaborasi dengan berbagai pihak misalnya wali kelas dan
kepala sekolah. Begitupun ketika melakukan advokasi. Menjadi guru BK haruslah mempunyai
berbagai relasi dan memiliki banyak pengetahuan referensi lembaga, tempat,
ataupun yang lainnya yang sekiranya bisa dimintai bantuan untuk menyelesaikan
masalah siswanya.
Misalnya saja, jika ada
siswa yang mengalami kekerasan seksual dirumah yang dilakukan oleh ayahnya
sendiri. Tentu hal itu akan membuat anak takut untuk pulang kerumah bukan? Guru
BK harus tahu tempat/shelter yang
bisa ditempati anak tersebut untuk sementara waktu.demi keselamatan si anak.
Shelter biasanya disediakan oleh beberapa lembaga di Indonesia. P2TP2A
misalnya.
Menjadi guru BK harusah
sadar bahwa tidak semua masalah yang dialami siswa bisa diselesaikan oleh duru
BK sendiri. Dan, guru BK harus menyadari bahwa dia adalah orangtua siswa
disekolah yang harus mendampingi siswa mendapatkan hak nya yang selama ini
diabaikan oleh beberapa pihak
Quotes 3
jika
kau merasa hidup ini akan aman tanpa cinta, itu berarti kau sakit. Karena
manusia yang sehat
adalah yang mampu
memenuhi 5 hirarki maslow
dan salah
satunya adalah memiliki cinta.
By
: D Purnama S
The Agent is Victim Too
The Agent is Victim Too
Oleh : Elsya Pratiwi
Stop Bullying!!!
Bullying adalah masalah serius yang terjadi di berbagai Negara.
Bullying yang marak terjadi sekarang adalah bullying disekolah dan cyber
bullying. Banyak sekali kasus bunuh diri yang dlakukan oleh remaja karena
kasus ini.
Bullying disekolah jarang terjadi dalam bentuk kekerasan fisik, namun lebih banyak terjadi dalam bentuk kekerasan verbal dan relasional. inilah yang membuat sekolah sulit mendeteksi. Kekerasan verbal dapat berupa memberi julukan nama yang membuat seseorang tidak nyaman dengan julukan tersebut, celaan, fitnah, kritik tajam, penghinaan, intimidasi, pemalakan, perampasan barang, dan pelecehan seksual, dll.
Kekerasan relasional merupakan upaya pelemahan harga diri secara sistematis dan upaya merusak persahabatan, bentuknya seperti melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, mengancam, mendiamkan seseorang, memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan surat kaleng, dll.
Bullying di sekolah umumnya bukan karena kemarahan, konflik, atau ekonomi, tetapi lebih pada memperlakukan secara tidak sopan, atau mempengaruhi dengan paksaan dan kekuatan. Sehingga motif pelakunya pun mengarah pada keinginan untuk menujukkan bahwa ia punya kekuatan, dialah yang berkuasa dilingkungannya, ingin mendapat kepuasan, ingin mendapatkan respek dari siswa lain, perasaan tidak suka, iri hati, dan sakit hati terhadap siswa lain.
Guru, ataupun pihak lainnya seringkali terlalu focus pada korban. Padahal, jika kita melihat lebih jauh sebenarnya pelaku bullying adalah korban juga. Korban dari kejahatan lain, yang biasanya lebih besar dan berasal dari lingkungannya sendiri. Bullying disebabkan oleh korban dari keadaan lingkungan yang membentuk kepribadiannya menjadi agresif dan kurang mampu mengendalikan emosi. Kebanyakan perilaku bullying berkembang dari berbagai faktor lingkungan yang kompleks.
Adapun beberapa jenis pelaku bullying adalah
Pelaku utama
Pelaku pengikut
Saksi
Banyak sekali faktor penyebab mengapa seseorang
berbuat bullying. Pada umumnya orang melakukan bullying karena merasa
tertekan, terancam, terhina, sakit hati, dendam, dan sebagainya. Jadi
sebenarnya pelaku bullying sesungguhnya juga merupakan korban dari bullying
yang dilakukan orang lain kepadanya. Sehingga perilaku ini dapat dikatakan
sebagai sebuah siklus, dalam artian pelaku saat ini kemungkinan besar merupakan
korban dari pelaku bullying sebelumnya.
Faktor sekolah: Karena pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini, terutama pada kasus kekerasan verbal dan relasional, anak-anak sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka untuk melakukan intimidasi anak-anak yang lainnya. Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah yang didalamnya terdapat perilaku diskriminatif, kurangnya pengawasan dan bimbingan etika, adanya kesenjangan besar antara siswa yang kaya dan miskin, pola kedisiplinan yang sangat kaku ataupun yang terlalu lemah, bimbingan yang tidak layak dan peraturan yang tidak konsisten.
Faktor kelompok sebaya: Anak-anak ketika berinteraksi di sekolah dan dengan teman sekitar rumah kadang kala terdorong melakukan bullying untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, untuk mendapatkan respek dari teman, atau untuk menunjukkan di depan teman-temannya bahwa dia punya kekuatan, dia yang paling berani, dialah orang yang berkuasa dikelompoknya.
Faktor lingkungan: Lingkungan sekitar rumah sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku bullying, misalnya anak hidup pada lingkungan orang yang sering berkelahi atau bermusuhan, berlaku tidak sesuai dengan norma yang ada, maka anak akan mudah meniru perilaku lingkungan itu dan merasa tidak bersalah, atau menganggapnya sebagai hal yang biasa yang tidak melanggar norma.. Juga tayangan berita, sinetron, film, dan media cetak yang secara vulgar menyuguhkan kekerasan, secara tidak langsung memberi legitimasi perilaku kekerasan.
Faktor keluarga: Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah: orangtua yang kerap menghukum anaknya secara berlebihan atau situasi rumah yang penuh stres, agresi dan permusuhan. Anak akan mempelajari perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik yang terjadi pada orangtua mereka dan kemudian menirunya terhadap teman-temannya. Atau sering terjadi tindak kekerasan yang dilakukan orang tua terhadap anaknya, ketika anak tidak berani melawan orang tua, maka “perlawanan” ini ditujukan pada teman-temannya.
Faktor sekolah: Karena pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini, terutama pada kasus kekerasan verbal dan relasional, anak-anak sebagai pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka untuk melakukan intimidasi anak-anak yang lainnya. Bullying berkembang dengan pesat dalam lingkungan sekolah yang didalamnya terdapat perilaku diskriminatif, kurangnya pengawasan dan bimbingan etika, adanya kesenjangan besar antara siswa yang kaya dan miskin, pola kedisiplinan yang sangat kaku ataupun yang terlalu lemah, bimbingan yang tidak layak dan peraturan yang tidak konsisten.
Faktor kelompok sebaya: Anak-anak ketika berinteraksi di sekolah dan dengan teman sekitar rumah kadang kala terdorong melakukan bullying untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, untuk mendapatkan respek dari teman, atau untuk menunjukkan di depan teman-temannya bahwa dia punya kekuatan, dia yang paling berani, dialah orang yang berkuasa dikelompoknya.
Faktor lingkungan: Lingkungan sekitar rumah sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku bullying, misalnya anak hidup pada lingkungan orang yang sering berkelahi atau bermusuhan, berlaku tidak sesuai dengan norma yang ada, maka anak akan mudah meniru perilaku lingkungan itu dan merasa tidak bersalah, atau menganggapnya sebagai hal yang biasa yang tidak melanggar norma.. Juga tayangan berita, sinetron, film, dan media cetak yang secara vulgar menyuguhkan kekerasan, secara tidak langsung memberi legitimasi perilaku kekerasan.
Jika kita sudah bisa memahami itu semua, pernahkah
terlintas dalam fikian bahwa pelaku bullying juga perlu pendampingan?
http://www.sudahdong.com/bullying-di-sekolah/pelaku-bullying/http://www.sudahdong.com/bullying-di-sekolah/pelaku-bullying/http://www.konselorsekolah.com/2012/04/mengapa-mereka-melakukan-bullying.html
Wednesday, December 2, 2015
Quotes 2
Kata-kata Mutiara
Hidup itu bagaikan teka-teki yang harus di pecahkan,
bagaikan sebuah misteri dimana tak ada seorang pun yang
dapa mengetahui apa yang akan terjadi.
BY, M,O Lusyana
KEPRIBADIAN MENURUT GOLONGAN DARAH
KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN
BERDASARKAN GOLONGAN DARAH
GOLONGAN DARAH A
·
Mempunyai sifat terorganisir, konsisten, sangat
mudah bekerja sama, orangnya tegas, bisa diandalkan dan dipercaya namun
keras kepala.
·
Berpikir sebelum bertindak, dan
merencanakan segala sesuatunya secara matang adalah karakteristk yang lain
dari golongan darah A Mereka mengerjakan segalanya dengan
sungguh-sungguh dan konsisten.
·
Tenang saat situasi kritis bahkan saat semua
orang panik. Namun, mereka cenderung menghindari konfrontasi dan merasa tidak
nyaman di dekat orang yang tidak cocok.
·
Mempunyai karakter pemalu, cenderung sangat
sopan. Tapi semua orang dengan golongan darah A memiliki kesamaan yaitu tidak
pernah benar-benar merasa cocok dengan orang lain.
·
Sangat bertanggung jawab, bisa dibilang single fighter
·
Sangat kreatif dan paling artistik.
·
Berkepala dingin, serius, sabar dan tenang.
·
Berusaha membuat diri mereka sewajar dan seideal
mungkin.
·
Terlihat menyendiri dan jauh dari orang-orang.
·
Mencoba menekan perasaan mereka dan kelihatan tegar,
walaupun sebenarnya mereka mempunyai sisi yang lemah.
·
Cenderung keras terhadap orang-orang yang tidak
sependapat. Maka dari itu, mereka cenderung berada di sekitar orang-orang yang
bertemperamen sama.
GOLONGAN DARAH B
·
Mempunyai sifat yang santai. Lebih suka
mengikuti aturan dan ide-ide mereka sendiri. Mereka adalah individualis.
·
Bertindak sesuai pemikiran dari pada perasaan.
·
Terkadang tampak dingin dan serius.
·
Suka penasaran dan tertarik pada segala hal
baru.
·
Mempunyai terlalu banyak kegemaran dan hobi.
Kalau sedang suka dengan sesuatu biasanya mereka menggebu-gebu namun cepat juga
bosan.
·
Ingin menjadi nomor satu dalam berbagai hal dan
tidak mau hanya dianggap rata-rata. Cenderung melalaikan hal yang lain jika
sedang terfokus pada sesuatu.
·
Terlihat cemerlang, riang, bersemangat dan
antusias dari luar tetapi di balik itu semua ada sesuatu yang disembunyikan dan
dipendamnya sendiri.
GOLONGAN DARAH O
·
Mempunyai sifat terbuka, enerjik, sosial dan
paling fleksibel.
·
Terkadang merasa putus asa dan kurang mendapat
kepercayaan dari lingkungan.
·
Selalu mengatakan apa yang ada di pikiran mereka
·
Menghargai pendapat orang lain dan suka menjadi
pusat perhatian dan sangat percaya diri.
·
Membuat suatu keharmonisan di antara para
anggota kelompok/grup. Memiliki jiwa kepemimpinan yang baik.
·
Figur mereka terlihat sebagai orang yang
menerima dan melaksakan sesuatu dengan tenang tetapi di dalam hatinya dia
sedang panik.
·
Suka menyimpan rasa kesalnya kepada orang lain.
·
Biasanya pemurah (baik hati), senang berbuat
kebajikan. Dermawan dan tidak segan-segan mengeluarkan uang untuk orang lain.
·
Mudah menerima hal-hal yang baru.
·
Mudah dipengaruhi oleh orang lain dan
lingkungan.
·
Terlihat berkepala dingin dan terpercaya, tetapi
sering tergelincir dan membuat kesalahan yang besar karena kurang berhati-hati.
·
Semua orang suka padanya dan terkenal akan
kepribadiannya yang keras kepala.
GOLONGAN DARAH AB
·
Bisa pemalu dan bisa tiba-tiba sebaliknya (cenderung
terlihat mempunyai dua kepribadian).
·
Dapat dipercaya dan bertanggung jawab, tetapi tidak
dapat menangani terlalu banyak.
·
Dikenal sensitif dan ingin mendapat perhatian.
·
Memiliki
perasaan yang sensitif dan lembut.
·
Penuh
perhatian dan menjaga perasaan orang lain dan selalu menghadapi orang lain
dengan kepedulian serta kehati-hatian.
·
Keras dengan diri sendiri dan juga dengan
orang-orang yang dekat dengannya.
·
Sering menjadi orang yang sentimen dan
memikirkan sesuatu terlalu panjang dan dalam.
·
Punya banyak teman, tetapi membutuhkan waktu dan
tempat untuk menyendiri dalam memikirkan persoalan-persoalan mereka.
Catatan:
Karakteristik
kepribadian di atas belum tentu 100% benar dan sesuai dikarenakan kepribadian
kita juga dipengaruhi oleh berbagai faktor yang berasal dari dalam diri kita
(internal) atau pun dari lingkungan sekitar (eksternal).
Sumber
https://hermantusiadi.wordpress.com/venus/watak-manusia-berdasarkan-tahun-kelahiran/
Subscribe to:
Posts (Atom)